Selasa, 21 Mei 2013

Selain IQ, EQ, SQ ada Adversity Quotient (AQ)



AQ
(Adversity Quotient)


Semua orang ingin berhasil, sukses, lulus, dll. Seorang pelajar mendambakan keberhasilan dalam ujian dengan nilai tinggi, setelah lulus mereka tentu juga akan berharap dapat melanjutkan ke sekolah lanjutan pilihannya. Seorang pekerja atau pengusaha pun mendambakan gaji tinggi, usahanya maju, keuntungannya besar, dll.

Tetapi apakah semua harapan dapat tercapai? Seorang siswa telah berusaha keras dengan rajin belajar, namun nilai yang diperoleh masih pas-pasan/ rendah, jauh dari harapan. Para pekerja bekerja keras namun gaji tak kunjung naik, PHK menghantui setiap saat. Pedagang dan pengusaha tak kunjung ada kemajuan dalam usahanya, kadang justru merugi, pelanggan pergi, situasi pasar yang tidak menentu semakin menambah kesulitan dalam usaha. Ternyata tidak semua keinginannya dapat terwujud.

Lalu bagaimana mengatasi kegagalan? Di sinilah peran Adversity Quotient. AQ yang dikemukakan oleh Paul G. Stoltz, perlu ditelaah lebih dalam. Adversity berasal dari kata adverse yang jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia artinya: “merugikan; bersifat bermusuhan; tidak cocok; yang berlawanan”. Sedangkan kata adversity artinya “kemalangan” atau “kesengsaraan”.  Jika digabungkan dengan kata quotient, maka Adversity Quotient memiliki arti yang sangat hebat dan luar biasa. Adversity Quotient dapat diartikan kecerdasan seseorang dalam menghadapi kesengsaraan atau kesulitan yang dialaminya.

Kecerdasan Adversity pada diri seseorang adalah bagaimana seseorang mampu mengubah kegagalan menjadi peluang untuk meraih sukses. Ketika sebagian orang berputus asa saat menghadapi kesulitan hidup. Ketika seseorang terus mengurung diri menangisi kegagalan dalam penyesalan yang mendalam. Orang dengan Kecerdasan Adversity tidak pernah berputus asa dan larut dalam penyesalan mendalam. Kegagalan menjadi cambuk baginya agar lebih rajin dan semakin berusaha keras untuk maju, berkembang dan lebih baik. Dalam dirinya ada motivasi yang tinggi untuk mengubah gegagalan menjadi peluang untuk sukses.

Paul G. Stoltz mengatakan bahwa tantangan bisa dirubah menjadi peluang, IQ dan EQ saja tidaklah memadai untuk menjadi sukses. Ada faktor lain yang berupa motivasi, dorongan yang tumbuh dari dalam. Motivasi untuk mengubah kegagalan, kesulitan, dan hambatan menjadi peluang-peluang untuk meraih sukses inilah yang disebut dengan AQ atau Adversity Quotient.

Dalam dunia pendidikan anak harus mengetahui dan memahami bahwa, setiap upaya belajar dalam berbagai ilmu pasti ada yang berhasil dan ada yang gagal. Guru dan orang tua sebagai pembimbing harus bisa mengarahkan agar anak tidak frustasi dalam belajar dan lebih lanjut tidak akan merasa gagal dalam hidupnya.

Terhadap adverse atau permasalahan hidup yang dihadapi sikap seseorang diantaranya:
# gampang putus asa
# merasa cukup puas dengan seberapapun hasil yang dia peroleh
# optimistik terus menerus, melihat peluang, selalu bergairah untuk maju dan lebih baik.
Pemenang dalam mengatasi permasalahan hidup adalah individu type ke-tiga, individu dengan Kecerdasan Adversity tinggi yang akan kerasakan kegembiraan sesungguhnya karena atas jerih payahnya berhasil mencapai puncak keberhasilan yang tertinggi, keberhasilan yang tidak pernah dapat diraih oleh orang dengan type lainnya.