AQ
(Adversity Quotient)
Semua orang ingin berhasil, sukses, lulus, dll. Seorang
pelajar mendambakan keberhasilan dalam ujian dengan nilai tinggi, setelah lulus
mereka tentu juga akan berharap dapat melanjutkan ke sekolah lanjutan
pilihannya. Seorang pekerja atau pengusaha pun mendambakan gaji tinggi, usahanya
maju, keuntungannya besar, dll.
Tetapi apakah semua harapan dapat tercapai? Seorang
siswa telah berusaha keras dengan rajin belajar, namun nilai yang diperoleh
masih pas-pasan/ rendah, jauh dari harapan. Para pekerja bekerja keras namun
gaji tak kunjung naik, PHK menghantui setiap saat. Pedagang dan pengusaha tak
kunjung ada kemajuan dalam usahanya, kadang justru merugi, pelanggan pergi, situasi
pasar yang tidak menentu semakin menambah kesulitan dalam usaha. Ternyata tidak
semua keinginannya dapat terwujud.
Lalu bagaimana
mengatasi kegagalan? Di sinilah peran Adversity Quotient. AQ yang dikemukakan
oleh Paul G. Stoltz, perlu ditelaah lebih dalam. Adversity berasal dari
kata adverse yang jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia artinya: “merugikan; bersifat bermusuhan; tidak cocok; yang berlawanan”.
Sedangkan kata adversity artinya “kemalangan”
atau “kesengsaraan”. Jika digabungkan dengan
kata quotient, maka Adversity Quotient memiliki arti yang sangat hebat dan
luar biasa. Adversity Quotient dapat diartikan kecerdasan seseorang
dalam menghadapi kesengsaraan atau kesulitan yang dialaminya.
Kecerdasan Adversity
pada diri seseorang adalah bagaimana seseorang mampu mengubah kegagalan menjadi
peluang untuk meraih sukses. Ketika sebagian orang berputus asa saat menghadapi
kesulitan hidup. Ketika seseorang terus mengurung diri menangisi kegagalan
dalam penyesalan yang mendalam. Orang dengan Kecerdasan Adversity tidak pernah
berputus asa dan larut dalam penyesalan mendalam. Kegagalan menjadi cambuk
baginya agar lebih rajin dan semakin berusaha keras untuk maju, berkembang dan
lebih baik. Dalam dirinya ada motivasi yang tinggi untuk mengubah gegagalan
menjadi peluang untuk sukses.
Paul G. Stoltz mengatakan bahwa tantangan bisa
dirubah menjadi peluang, IQ dan EQ saja tidaklah memadai untuk menjadi sukses. Ada
faktor lain yang berupa motivasi, dorongan yang tumbuh dari dalam. Motivasi untuk
mengubah kegagalan, kesulitan, dan hambatan menjadi peluang-peluang untuk meraih
sukses inilah yang disebut dengan AQ atau Adversity Quotient.
Dalam dunia pendidikan anak harus mengetahui dan
memahami bahwa, setiap upaya belajar dalam berbagai ilmu pasti ada yang berhasil
dan ada yang gagal. Guru dan orang tua sebagai pembimbing harus bisa
mengarahkan agar anak tidak frustasi dalam belajar dan lebih lanjut tidak akan
merasa gagal dalam hidupnya.
Terhadap adverse atau permasalahan hidup yang
dihadapi sikap seseorang diantaranya:
# gampang putus asa
# merasa cukup puas dengan seberapapun hasil yang dia
peroleh
# optimistik terus menerus, melihat peluang,
selalu bergairah untuk maju dan lebih baik.
Pemenang dalam mengatasi permasalahan hidup adalah individu type ke-tiga,
individu dengan Kecerdasan Adversity tinggi yang akan kerasakan kegembiraan
sesungguhnya karena atas jerih payahnya berhasil mencapai puncak keberhasilan yang
tertinggi, keberhasilan yang tidak pernah dapat diraih oleh orang dengan type
lainnya.