SHIRATH,
JEMBATAN DI ATAS NERAKA
Setiap
muslim mengimani kehidupan akhirat, segala hal yang akan terjadi di akhirat,
kejadian yang maha dahsyat, menakjubkan, luar biasa, tak terduga. Diantara
peristiwa dahsyat tersebut kelak adalah peristiwa melewati shirath
(jembatan) yang terbentang di atas neraka
menuju ke surga. Semoga Allah swt. memberikan kemudahan kepada kita
untuk melewatinya kelak.
Pengertian
Shirath secara etimologi bermakna jalan lurus yang terang. Adapun
menurut istilah yaitu jembatan yang terbentang di atas neraka jahanam yang akan
dilewati oleh semua manusia ketika menuju ke surga.
“Dan
tidak ada seorangpun dari kalian, melainkan akan mendatangi neraka itu. Hal itu
bagi Rabbmu adalah sesuatu kemestian yang sudah ditetapkan.” (QS.
Maryam/19: 71). Ibnu Abbas ra, Ibnu Mas’ud ra, dan Ka’ab bin Ahbar ra,
menerangkan bahwa yang dimaksud dengan mendatangi neraka dalam ayat tersebut
adalah melewati shirath. (lihat tafsir Ibnu Katsir)
Rasulullah
saw. bersabda: “Kemudian didatangkan jembatan lalu dibentangkan di atas
permukaan neraka Jahannam. Kami (para Sahabat) bertanya: “Wahai Rasulullah,
bagaimana (bentuk) jembatan itu?”. Jawab beliau, “licin (lagi) menggelincirkan.
Di atasnya terdapat besi-besi pengait dan kawat berduri yang ujungnya bengkok,
ia bagaikan pohon berduri di Nejd, dikenal dengan pohon Sa’dan ...” (Muttafaqun
‘alaih)
BENTUK DAN KONDISI SHIRATH
Dalam
hadits telah disebutkan kondisi shirath yaitu, licin (lagi) menggelincirkan.
Di atasnya terdapat besi-besi pengait dan kawat berduri yang ujungnya bengkok,
ia bagaikan pohon berduri di Nejd, dikenal dengan pohon Sa’dan.
Para
ulama menyebutkan bahwa shirath lebih halus daripada rambut, lebih tajam
daripada pedang, lebih panas daripada bara api, licin dan menggelincirkan. Abu
Sa’id ra. berkata: “Sampai kepadaku kabar bahwa shirath itu lebih halus dari
rambut dan lebih tajam dari pedang.” HR. Muslim
Berdasarkan
dalil-dalil tersebut dapat diikhtisarkan sifat dan bentuk shirath sebagai
berikut
1)
Shirath sangat licin,
sehingga sangat menghawatirkan siapa saja yang lewat dimana ia mungkin saja
terpeleset dan terperosok jatuh.
2)
Shirath tersebut
menggelincirkan. Para ulama telah menerangkan maksud dari ‘menggelincirkan”
yaitu bergerak dari kanan dan kiri, sehingga orang yang melewatinya takut akan
tergelincir dan tersungkur jatuh.
3)
Shirath memiliki besi
pengait yang besat, penuh dengan duri, ujungnya bengkok. Ini menunjukkan bahwa
siapa saja yang terkena besi pengait itu tidak akan lepas dari cengkramannya.
4)
Terpeleset atau tidak,
tergelincir atau tidak, dan tersambar pengait besi atau tidak, semua itu
ditentukan oleh amal ibadah dan keimanan masing-masing orang.
5)
Shirath tersebut
terbentang di atas neraka Jahannam. Barang siapa terpeleset dan tergelincir
atau terkena sambaran besi pengait maka ia akan jatuh ke dalam neraka jahanam.
6)
Shirath tersebut
halus, sehingga sulit untuk meletakkan kaki di atasnya.
7)
Shirath tersebut juga
tajam yang yang dapat membelah kaki orang yang melewatinya. Karena sesuatu yang
begitu halus, namun tidak bisa putus, maka akan menjadi tajam.
8)
Sekalipun shirath itu
halus dan tajam, manusia tetap dapat melewatinya. Karena Allah swt. Maha Kuasa
untuk menjadikan manusia mampu berjalan di atas apapun.
9)
Kesulitan untuk
melintasi shirath karena kehalusannya, atau terluka karena ketajamannya, semua
itu bergantung kepada kualitas keimanan setiap orang yang melewatinya.
Dikutip dari: Ust. Dr.Ali Musri Semjan Putra: As
Sunnah No.09/Th.XIV, p.37-38
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar