Senin, 23 Juli 2012

Keadaan Manusia Ketika Melewati Shirath


BAGAIMANA KEADAAN MANUSIA KETIKA MELEWATI SHIRATH?

Setelah kita melihat sekilas tentang SIFAT-SIFAT SHIRATH, berikut kita lihat pula bagaimana keadaan manusia ketika melewati shirath tersebut.

Riwayat pertama: “Dari Abu Hurairah ra. ia berkata Rosulullah saw. telah bersabda: ‘Lalu diutuslah amanah dan rahim (tali persaudraan) keduanya berdiri di samping kiri-kanan shirath tersebut. Orang yang pertama lewat seperti kilat’. Aku bertanya: ‘Dengan bapak dan ibuku (aku korbankan) demi engkau. Adakah sesuatu seperti kilat?’ Rasul saw. menjawab: “Tidaklah kalian pernah melihat kilat bagaimana ia lewat dalam sekejap mata? Kemudian ada yang melewatinya seperti angin, kemudian seperti burung dan seperti kuda yang berlari kencang. Mereka berjalan sesuai dengan amalan mereka. Nabi kalian waktu itu berdiri di atas shirath sambil berkata: “Ya Allah selamatkanlah! Selamatkanlah! Sampai para hamba yang lemah amalannya, sehingga datang seseorang lalu ia bisa melewati kecuali dengan merangkak”. Beliau menuturkan (lagi): “Pada kedua sisi shirath terdapat besi pengait yang bergantung untuk menyambar siapa saja yang diperintahkan untuk disambar. Maka ada yang terpeleset namun selamat dan ada pula yang terjungkir ke dalam neraka”. (HR. Muslim)

Riwayat kedua: “Orang mukmin (berada) di atasnya (shirath), ada yang secepat kedipan mata, ada yang secepat kilat, ada yang secepat angin, ada yang secepat kuda yang amat kencang berlari, dan ada yang secepat pengendara. Maka ada yang selamat setelah tertatih-tatih dan ada pula yang dilemparkan ke dalam neraka. Mereka yang paling terakhir merangkak secara pelan-pelan”. (Muttafaqun ‘alaih)

Riwayat ketiga: “Diantara mereka ada yang binasa disebabkan amalannya, dan diantara mereka ada yang tergelincir namun kemudian ia selamat”. (Muttafaqun ‘alaih)

Riwayat keempat: “Dan dibentangkan shirath di atas permukaan neraka Jahannam. Maka aku dan umatku menjadi orang yang pertama kali melewatinya. Dan tiada yang berbicara pada saat itu kecuali para rasul. Dan doa para rasul pada saat itu: “Ya Allah, selamatkanlah, selamatkanlah ....., di antara mereka ada yang tertinggal dengan sebab amalannya dan di antara mereka ada yang mendapatkan balasan sampai ia selamat.”  (HR. Muslim)

Melalui riwayat-riwayat yang kita sebutkan di atas dapat disimpulkan bagaimana kondisi manusia saat melintasi shirath:
1.     Ketika manusia melewati shirath, amanah dan ar-rahim (hubungan kekerabatan) menyaksikan mereka. Ini menunjukkan betapa pentingnya menunaikan amanah dan menjalin hubungan silaturakhim. Barangsiapa melalaikan keduanya, maka ia akan gemetar ketika disaksikan oleh amanah dan ar-rahim saat melewati shirath.
2.    Kecepatan manusia saat melewati shirath sesuai dengan tingkat kecepatan mereka dalam menyambut dan melaksanakan perintah-perintah Allah swt. di dunia ini.
3.    Diantara manusia ada yang melewati shirath secepat kedipan mata, ada yang secepat kilat, secepat angin, secepat burung terbang, ada pula yang secepat kuda berlari kencang.
4.    Diatara manusia ada yang melewatinya dengan merangkak pelan-pelan, ada yang berjalan dengan menggeser pantatnya sedikit demi sedikit, ada pula yang bergelantungan hampir-hampir jatuh ke dalam neraka dan ada pula yang dilemparkan ke dalamnya.
5.    Besi-besi pengait baik yang bergelantungan pada shirath maupun yang berasal dari nerakan akan menyambar sesuai dengan keimanan dan ibadah masing-masing manusia.
6.    Yang pertama sekali melawati shirath adalah Nabi Muhammad saw. dan umatnya.
7.    Setiap rasul menyaksikan umatnya ketika melewati shirath dan mendoakan umat mereka masing-masing agar selamat dari neraka.
8.    Ketika melewati shirath setiap mukmin diberi cahaya sesuai dengan amalnya masing-masing, hal ini diriwayatkan Ibnu Mas’ud dalam menafsirkan firman Allah: “Pada hari itu, engkau melihat orang-orang Mukmin cahaya mereka menerangi dari hadapan dan kawan mereka” (QS. Al Hadid/57: 12)
Ibnu Mas’ud berkata, “Mereka melewati shirath sesuai dengan tingkat amal mereka. Diantara mereka ada yang cahayanya seperti gunung, ada yang cahayanya seperti pohon kurma, ada yang cahayanya setinggi orang berdiri, ada yang paling sedikit cahayanya sebatas menerangi ibu jari kakinya, sesekali nyala sesekali padam” . (Tafsir Ibnu Katsir)


Hikmah

Al Qurthubi berkata, “Coba renungkan sekarang tentang apa yang akan engkau alami, berupa ketakutan yang ada pada hatimu ketika engkau menyaksikan shirath dan kehalusannya (bentuknya). Engkau memandang dengan matamu ke dalam neraka jahannam yang terletak di bawahnya. Engkau juga mendengar gemuruh gejolaknya. Engkau harus melewati shirath itu meskipun keadaanmu lemah, hatimu gundah, kakimu bisa tergelincir, punggungmu merasa berat karena memikul dosa, hal itu tidak mampu engkau lakukan seandainya engkau berjalan di atas hamparan bumi, apalagi di atas shirath yang begitu halus.
Bagaimana seandainya engkau meletakkan salah satu kakimu di atasnya, lalu engkau merasakan ketajamannya! Sehingga mengharuskan mengangkat tumitmu yang lain! Engkau menyaksikan makhluk-makhluk di hadapanmu tergelincir kemudian berjatuhan! Mereka lalu di tarik para malaikat penjaga neraka dengan besi pengait. Engkau melihat bagaimana mereka dalam keadaan terbalik ke dalam neraka dengan posisi kepala di bawah dan kaki di atas. Wahai betapa mengerikannya pemandangan tersebut. Pendakian yang begitu sulit, tempat lewat yang begitu sempit.”

Amal shalih merupakan bagian dari iman, kecepatan seseorang dalam melewati shirath ditentukan oleh keimanan dan amal perbuatan manusia ketika hidup di dunia. Iman seseorang kadang bertambah kadang berkurang, kita agar berlomba-lomba  dalam berbuat kebaikan, semoga kelak termasuk orang yang paling cepat ketika melewati shirath di akhirat.
Wallahu a’lam, Semoga bermanfaat.

Dikutip dari: Ust. Dr.Ali Musri Semjan Putra: As Sunnah No.09/Th.XIV, p.39-40
Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar