Selasa, 29 September 2015

MANTAN

 MANTAN ?

  


Kalau ada yang datang, akan ada pula yang pergi.
Ada kelahiran, ada pula kematian.
Ada pagi berganti senja, gelapnya malam
Itulah Sunatullah.

Hubungan pernikahan suami istri bisa berubah jadi MANTAN suami/istri karena perceraian.
Hubungan pacar antara sepasang kekasih bisa berubah jadi MANTAN karena mereka putus hubungan.
Hubungan antara atasan/Bos dengan karyawan bisa berakhir karena PHK atau pensiun.
Jabatan seseorang bisa hilang seketika karena mutasi, habis masa jabatan, pensiun, atau diberhentikan.

Mantan, oooh Mantan,
kadang ada yang sakit, stress/depresi, mencoba mempertahankan dengan berbagai cara, sampai kasasi pun ditempuh karena demi kehormatan katanya.
Mantan, oooh Mantan,
tapi lebih bijaksana menyikapinya sebagai bagian dari kehidupan, perjalanan karir seseorang. Kadang di atas kadang pula di bawah. Segala sesuatu itu ada masanya, dan tidak ada yang abadi selamanya. Sikap ini menjadikan gelar Mantan baginya bukan sebagai beban, cacat, aib, dan stigma negatif lainnya, melainkan sebagai sebuah gelar kehormatan bagi kedewasaannya. Semua diterima dengan lapang dada.

Pantaskah mengucilkan dan merendahkan Mantan? Oh, sungguh tidak. Biarlah kalaupun ada, sesungguhnya diapun akan mengalami masanya sebagai MANTAN, cepat atau lambat.


TAPI ADA YANG TAK PERNAH JADI MANTAN
Siapakah dia?
  1. Orang tua kita, mereka adalah pahlawan sejati yang tak pernah habis kasih sayangnya kepada anak-anaknya sampai kapanpun. Jangan pernah melupakannya, tapi berbuat baiklah pada mereka dengan cara apapun. Walaupun kita tahu, tak kan pernah mampu membalasnya.
  2. Guru kita, mereka pahlawan kita yang telah mengantarkan hidup kita menuju masa depan kita. Merekalah yang membimbing kita untuk membuka mata kita supaya melihat dunia, membuka telinga kita supaya mendengar kebajikan, membuka cakrawala berpikir kita sehingga kita bisa tahu, menjadi penemu, dan mampu memperbaiki diri sendiri serta sekitarnya. Kadang setelah dewasa sang MURID jauh lebih pintar dari gurunya, jauh lebih kaya dari gurunya, jauh lebih berkedudukan daripada gurunya. Tapi murid yang bermartabat akan selalu mengenang jasa gurunya, sampai kapanpun.
  3. Sahabat sejati, kau sahabatku untuk selamanya. Walau terpisah jauh oleh jarak dan waktu, tapi siapa yang bisa melupakannya. Sekian tahun tak bertemu, .... kau, .... ternyata ....kau. Itu saat yang paling membahagiaka. Kau sahabatku untuk selamanya.