Mengapa Pidato Tidak Didengarkan?
Pernahkah kita temui saat ada orang berbicara, dalam kegiatan pidato, rapat, belajar di sekolah, dll. Pembicara berpidato di depan atau di panggung/ guru mengajar di depan kelas, tetapi pendengarnya tidak memperhatikan, ngobrol dengan teman sebelahnya, menggambar, mencoret-coret buku atau meja, bahkan ada yang ngantuk, atau sibuk sendiri dengan handphone. dll
Tentu ada yang salah dalam situasi demikian. Lantas siapakah yang sebenarnya perlu disalahkan? Selama ini yang kuat, yang besar, yang berkuasa, yang senior adalah pihak yang paling benar. Jarang sekali atau bahkan tak ada yang berani menyentuh pihak ini sebagai yang bersalah. Sebaliknya para siswa, pendengar, biasanya yang disalahkan, pendengar tidak tahu diri, dinasehati, diceramahi malah ribut sendiri.
Padahal belum tentu pendengar yang bersalah.
Tidak tepat jika guru selalu menyalahkan murid-muridnya yang tidak memperhatikan pelajaran, dan selalu ribut di kelas.
Perlu diketahui bahwa,
Volume, kecepatan, dan kuat lemahnya suara dapat mempengaruhi sejauh mana kata-kata yang kita ucapkan dapat dimengerti orang lain.
Kita akan sulit untuk meyakinkan orang lain dalam menyampaikan gagasan jika suara kita kurang keras, atau nada suaranya datar/ tidak menarik, dan sebagainya.
Segala sesuatu yang kita sampaikan dengan bersemangat akan memberikan dampak berbeda dibandingkan bila kita menyampaikannya dengan lemah dan lesu.
Pembicara yang lesu, tidak bergairah menyebabkan pendengar menjadi bosan dan tak bersemangat. Sebaliknya pembicara yang penuh gairah, bersemangat akan menyebarkan virus semangat pada pendengarnya.
Kelesuan dan semangat bersifat menular pada orang lain.
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar