HADITS
JUJUR, JANGAN DUSTA !
Dari Abdullah bin Mas’ud ra, ia
berkata:
“Rasulullah saw. bersabda, Hendaklah
kalian selalu berkata jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan, dan
kebaikan mengantarkan seseorang ke Surga. Dan seorang selalu berkata jujur dan
tetap memilih jujur, maka akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Dan
jauhilah oleh kalian berbuat dusta, karena dusta membawa seseorang kepada
kejahatan, dan kejahatan mengantarkan seseorang ke Neraka. Dan jika seseorang
senantiasa berdusta dan memilih kedustaan maka akan dicatat di sisi Allah sebagai
pendusta (pembohong).”
Hadits hasan shahih ini
diriwayatkan oleh Ahmad, al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, dll.
Penjelasan
hadits:
“Hendaklah kalian selalu berkata
jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan mengantarkan
seseorang ke Surga. Dan seorang selalu berkata jujur dan tetap memilih jujur,
maka akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur.”
Dalam hadits ini Nabi saw. memerintahkan umatnya untuk berlaku
jujur dalam perkataan, perbuatan, ibadah dan dalam semua perkara.
Jujur itu berarti selaras antara lahir dan batin, antara
ucapan dan perbuatan, serta antara berita dan fakta.
Berlaku jujur akan membawa kepada al-birr
(melakukan segala kebaikan), dan kebaikan itu akan membawamu menuju Surga.
Allah swt. meminta para hamba-Nya yang beriman agar jujur
dan berpegang teguh pada kebenaran. Tujuannya agar mereka istiqamah di jalan
kebenaran (orang-orang yang jujur).
Jujur merupakan sifat terpuji yang dituntut keberadaannya
bagi kaum Mukmin baik laki-laki dan perempuan.
Dalam QS. Al Ahzab (33):35 disebutkan “...Laki-laki dan
perempuan yang benar (jujur)...”
Allah swt. menjelaskan bahwa kejujuran itu merupakan
kebaikan sekaligus penyelamat. Sifat itulah yang merupakan nilai amal
perbuatan, karena kejujuran merupakan ruhnya.
QS. Muhammad: 21 yang artinya “...Tetapi jikalau
mereka benar (imannya) terhadap Allah, niscaya yang demikian itu lebih baik
bagi mereka.”
Seandainya orang-orang itu benar-benar ikhlas dalam beriman
dan berbuat taat, niscaya kejujuran adalah yang terbaik bagi mereka.
Imam Ibnul Qayyim al-Jauziyyah rahimahullah menerangkan
bahwa sifat as-shidq (kejujuran),
dengan perkataannya, “Yaitu maqam (kedudukan) kaum yang paling agung, kedudukan
para salihin”.
Mengapa kita harus mengutamakan
KEJUJURAN?
- · Kejujuran sebagai jalan terlurus, barang siapa tidak berjalan di atasnya, maka itulah orang-orang yang binasa.
- · Dengan kejujuran itu pula dibedakan antara orang-orang yang munafik dan orang-orang yang beriman, dibedakan antara para penghuni surga dan penghuni neraka.
- · Kejujuaran ibarat pedang Allah di muka bumi, tidak ada sesuatupun yang diletakkan diatasnya melainkan akan terpotong olehnya.
- · Dan tidaklah kejujuran menghadapi kebatilan melainkan ia akan melawan dan mengalahkannya, dan kejujuran pasti akan menang.
- · Barangsiapa menyeru tentang kejujuran, niscaya kalimatnya akan terdengar keras mengalahkan suara musuh-musuhnya.
- · Kejujuran merupakan ruh amal, penjernih keadaan, penghilang rasa takut, dan pintu bagi orang-orang yang akan menghadap Rabb Yang Mahamulia.
- · Kejujuran merupakan pondasi bangunan agama (Islam) dan tiang penyangga keyakinan.
- · Iman merupakan pondasi kejujuran, dan kemunafikan merupakan pondasi kedustaan.
- · Jujur dan dusta tidak akan berkumpul, karena salah satu dari keduanya pasti memerangi yang lainnya.
- · Diantara tanda kejujuran adalah tenangnya hati, sebaliknya diantara tanda kedustaan adalah hati yang resah, gelisah, bimbang, khawatir, takut, perasaan yang akan menyiksa hati. Nabi saw. bersabda: “ ...Kejujuran itu ketentraman, dan dusta itu keragu-raguan...” (HR. At-Tirmidzi)
Penjelasan hadits:
Dan jauhilah oleh kalian berbuat
dusta, karena dusta membawa seseorang kepada kejahatan, dan kejahatan
mengantarkan seseorang ke Neraka. Dan jika seseorang senantiasa berdusta dan
memilih kedustaan maka akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta (pembohong)
Nabi saw. melarang perbuatan dusta, dusta dalam segala
sesuatu. Tidak benar orang yang mengatakan, “Berdusta itu jika tidak
menimbulkan bahaya untuk orang lain maka tidak mengapa.” Ini adalah perkataan
bathil, karena tidak ada nash yang menunjukkan perkataan tersebut. Sedang yang ada
adalah nash tentang larangan perbuatan dusta.
Bahaya DUSTA!
- · Berdusta akan merusak pengetahuan dan dapat menyesatkan orang lain yang mengikutinya. Para pendusta akan mengatakan yang ada jadi tidak ada, yang benar dikatakan bathil, yang bathil dikatakan benar, baik jadi jahat, jahat jadi baik. Sehingga rusaklah dirinya dan orang lain di sekitarnya.
- · Orang yang mengajarkan dusta kepada orang lain, akan berakibat lebih buruk lagi. Dirinya yang sudah salah, sesat dan menyesatkan pula orang lain. Dia menanggung dosa pada dirinya dan dosa orang lain yang mengikutinya.
- · Seorang pendusta telah berpaling dari kebenaran yang ada, menjadikan condong kepada kebatilan. Jika perbuatan-pebuatan itu telah merusaknya dan kebohongan telah mempengaruhinya, maka hatinya menjadi hati yang dusta dari lisannya. Dia tidak bisa mengambil manfaat dengan lisannya dan juga amal-amalnya.
- · Dusta adalah pokok (biangnya) kejahatan, sebagaimana sabda Nabi saw.: “Sesungguhnya dusta membawa seseorang kepada kejahatan, dan kejahatan mengantarkan seseorang ke Neraka.”
- · Yang pertama kali terpengaruh oleh perbuatan dusta adalah lisan, kemudian akan merusak amal-amal perbuatannya.
Kita harus berlindung kepada Allah swt dari golongan
orang-orang yang suka berdusta. Karena seseorang jika sudah terbiasa berdusta,
maka ia akan melakukannya dalam berbagai hal, dan celakanya Allah akan
mencatanya sebagai golongan kadzdzab (orang yang banyak berdusta).
Amal shalih yang tampak maupun yang tersembunyi asalnya
dari kejujuran. Dan semua amal jelek yang tampak maupun tersembunyi asalnya
dari perbuatan dusta.
Sumber : As-Sunnah No. 9 Th.XVI p.14-19.
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar