“Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”. QS. At-Tiin : 4
Dengan predikat ahsanu taqwim (sebaik-baik ciptaan) yang
ada padanya, manusia berbeda dengan semua makhluk lain. Satu aspek penting yang
membedakan manusia dengan yang lainnya adalah manusia dikaruniai akal sedangkan makhluk lainnya tidak. Dengan akalnya menjadi sebuah keniscayaan jika manusia
harus memaksimalkan potensi otaknya (akal) untuk mengarungi lautan,
menerbangkan pesawat, dalam kehidupan di dunia yang fana ini. Dengan demikian
kesempurnaan manusia sebagai hamba Tuhan terealisasi dan telah terbukti melalui
berbagai macam prestasi/keberhasilan atau pencapaian yang diperoleh.
Ketika Allah
menanyakan kepada langit, bumi dan
pegunungan apakah mereka sanggup mengemban amanah untuk menjadi khalifah di
muka bumi ini. Tak satupun dari mereka yang meng-iyakan bahkan mereka khawatir
tidak sanggup memikul amanah itu. Namun manusia yang justru bersedia memikul
amanah itu dan
nantinya akan dipertanggungjawabkan di yaumul qiyamah (hari pembalasan).
Hal ini terjadi
sebelum penciptaan manusia, ketika Adam a.s ditanya, “Wahai Adam, apakah engkau
sanggup memikul amanah itu (hidup dengan penuh ketaatan di jalan Allah) dan
sanggup menjaganya dengan penjagaan yang sempurna (himayah tammah)?” tanya
Allah Subhanuahu wa ta’ala. Lalu apa jawab Adam, “Maka tidak ada pilihan lain
bagiku kecuali sanggup menerima amanah itu.” Jawab Adam.
Disinilah sebenarnya
letak pembeani(nya) manusia, manakala semua makhluk Tuhan tidak sanggup
menerima amanat dari Tuhan karena khawatir tidak sanggup menjalankannya justru
manusia menerima itu dengan segala konsekuensinya. Ketika semua makhluk Tuhan
menolak untuk dijadikan khalifah di muka bumi, manusia datang dengan siap dan
berkata bahwa ia sanggup mengemban amanah itu.
Padahal kita tahu
bahwa tabiat manusia tidak selamanya mengarah kepada kebaikan, pikiran mereka
tidak selamanya tertuju kepada hal-hal positif, tindakan meraka tak selalu baik
dan sesuai dengan aturan agama
Dalam surat
al-Ahzab (33) : 72 di atas Allah SWT berfirman bahwa sesungguhnya manusia itu
sangatlah dzalim dan bodoh (dhaluman jahulan). Hal ini karena kesedian manusia
menerima amanah Tuhan yang sesungguhnya begitu berat untuk dilaksanakan sebab
kita tahu akibatnya akan fatal andai saja manusia tidak bisa menjalankannya
yaitu akan disiksa di neraka. Padahal seluruh makhluk yang ada di dunia menolak
penawaran itu, manusia dengan lugunya ridha dengan putusan itu.
Semua individu akan merasakan balasan amalnya
di dunia, baik yang ia kerjakan kebaikan pula yang diterima, buruk yang ia
kerjakan keburukan juga yang akan didapatkan. Begitulah kira-kira hal ihwal balasan amal manusia di
akhirat nanti.
Oleh karena itu marilah kita gunakan potensi
yang diberikan Allah ini untuk berlomba-lomba dalam berbuat kebajikan. Jangan sampai nantinya kita menyesal karena
telah berbuat kemaksiatan di dunia dan lalai akan amanah itu.
Mulai saat ini kita
renungkan baik-baik bahwa kita hidup di
dunia ini tiada lain kecuali hanyalah untuk beribadah kepada Allah sesuai
dengan amanah yang kita emban. Semua yang kita lakukan pasti ada akibatnya
dan akan kita pertanggungjawabkan di hadapan Tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar