BAGAIMANA KEADAAN MANUSIA KETIKA
MELEWATI SHIRATH?
Setelah
kita melihat sekilas tentang SIFAT-SIFAT SHIRATH, berikut kita lihat pula
bagaimana keadaan manusia ketika melewati shirath tersebut.
Riwayat
pertama: “Dari Abu Hurairah ra. ia berkata Rosulullah saw. telah bersabda:
‘Lalu diutuslah amanah dan rahim (tali persaudraan) keduanya berdiri di samping
kiri-kanan shirath tersebut. Orang yang pertama lewat seperti kilat’. Aku
bertanya: ‘Dengan bapak dan ibuku (aku korbankan) demi engkau. Adakah sesuatu
seperti kilat?’ Rasul saw. menjawab: “Tidaklah kalian pernah melihat kilat
bagaimana ia lewat dalam sekejap mata? Kemudian ada yang melewatinya seperti
angin, kemudian seperti burung dan seperti kuda yang berlari kencang. Mereka
berjalan sesuai dengan amalan mereka. Nabi kalian waktu itu berdiri di atas
shirath sambil berkata: “Ya Allah selamatkanlah! Selamatkanlah! Sampai para
hamba yang lemah amalannya, sehingga datang seseorang lalu ia bisa melewati
kecuali dengan merangkak”. Beliau menuturkan (lagi): “Pada kedua sisi shirath
terdapat besi pengait yang bergantung untuk menyambar siapa saja yang
diperintahkan untuk disambar. Maka ada yang terpeleset namun selamat dan ada
pula yang terjungkir ke dalam neraka”. (HR. Muslim)
Riwayat
kedua: “Orang mukmin (berada) di atasnya (shirath), ada yang secepat kedipan
mata, ada yang secepat kilat, ada yang secepat angin, ada yang secepat kuda
yang amat kencang berlari, dan ada yang secepat pengendara. Maka ada yang
selamat setelah tertatih-tatih dan ada pula yang dilemparkan ke dalam neraka.
Mereka yang paling terakhir merangkak secara pelan-pelan”. (Muttafaqun
‘alaih)
Riwayat
ketiga: “Diantara mereka ada yang binasa disebabkan amalannya, dan diantara
mereka ada yang tergelincir namun kemudian ia selamat”. (Muttafaqun ‘alaih)
Riwayat
keempat: “Dan dibentangkan shirath di atas permukaan neraka Jahannam. Maka
aku dan umatku menjadi orang yang pertama kali melewatinya. Dan tiada yang
berbicara pada saat itu kecuali para rasul. Dan doa para rasul pada saat itu:
“Ya Allah, selamatkanlah, selamatkanlah ....., di antara mereka ada yang
tertinggal dengan sebab amalannya dan di antara mereka ada yang mendapatkan
balasan sampai ia selamat.” (HR.
Muslim)
Melalui
riwayat-riwayat yang kita sebutkan di atas dapat disimpulkan bagaimana kondisi manusia
saat melintasi shirath:
1.
Ketika manusia
melewati shirath, amanah dan ar-rahim (hubungan kekerabatan) menyaksikan
mereka. Ini menunjukkan betapa pentingnya menunaikan amanah dan menjalin
hubungan silaturakhim. Barangsiapa melalaikan keduanya, maka ia akan gemetar
ketika disaksikan oleh amanah dan ar-rahim saat melewati shirath.
2.
Kecepatan manusia saat
melewati shirath sesuai dengan tingkat kecepatan mereka dalam menyambut dan
melaksanakan perintah-perintah Allah swt. di dunia ini.
3.
Diantara manusia ada yang
melewati shirath secepat kedipan mata, ada yang secepat kilat, secepat angin,
secepat burung terbang, ada pula yang secepat kuda berlari kencang.
4.
Diatara manusia ada
yang melewatinya dengan merangkak pelan-pelan, ada yang berjalan dengan
menggeser pantatnya sedikit demi sedikit, ada pula yang bergelantungan
hampir-hampir jatuh ke dalam neraka dan ada pula yang dilemparkan ke dalamnya.
5.
Besi-besi pengait baik
yang bergelantungan pada shirath maupun yang berasal dari nerakan akan
menyambar sesuai dengan keimanan dan ibadah masing-masing manusia.
6.
Yang pertama sekali
melawati shirath adalah Nabi Muhammad saw. dan umatnya.
7.
Setiap rasul
menyaksikan umatnya ketika melewati shirath dan mendoakan umat mereka
masing-masing agar selamat dari neraka.
8.
Ketika melewati
shirath setiap mukmin diberi cahaya sesuai dengan amalnya masing-masing, hal
ini diriwayatkan Ibnu Mas’ud dalam menafsirkan firman Allah: “Pada hari itu,
engkau melihat orang-orang Mukmin cahaya mereka menerangi dari hadapan dan
kawan mereka” (QS. Al Hadid/57: 12)
Ibnu Mas’ud berkata, “Mereka melewati shirath sesuai
dengan tingkat amal mereka. Diantara mereka ada yang cahayanya seperti gunung,
ada yang cahayanya seperti pohon kurma, ada yang cahayanya setinggi orang
berdiri, ada yang paling sedikit cahayanya sebatas menerangi ibu jari kakinya,
sesekali nyala sesekali padam” . (Tafsir Ibnu Katsir)
Hikmah
Al Qurthubi berkata, “Coba
renungkan sekarang tentang apa yang akan engkau alami, berupa ketakutan yang
ada pada hatimu ketika engkau menyaksikan shirath dan kehalusannya (bentuknya).
Engkau memandang dengan matamu ke dalam neraka jahannam yang terletak di
bawahnya. Engkau juga mendengar gemuruh gejolaknya. Engkau harus melewati
shirath itu meskipun keadaanmu lemah, hatimu gundah, kakimu bisa tergelincir,
punggungmu merasa berat karena memikul dosa, hal itu tidak mampu engkau lakukan
seandainya engkau berjalan di atas hamparan bumi, apalagi di atas shirath yang
begitu halus.
Bagaimana seandainya engkau
meletakkan salah satu kakimu di atasnya, lalu engkau merasakan ketajamannya!
Sehingga mengharuskan mengangkat tumitmu yang lain! Engkau menyaksikan
makhluk-makhluk di hadapanmu tergelincir kemudian berjatuhan! Mereka lalu di
tarik para malaikat penjaga neraka dengan besi pengait. Engkau melihat
bagaimana mereka dalam keadaan terbalik ke dalam neraka dengan posisi kepala di
bawah dan kaki di atas. Wahai betapa mengerikannya pemandangan tersebut.
Pendakian yang begitu sulit, tempat lewat yang begitu sempit.”
Amal shalih merupakan bagian
dari iman, kecepatan seseorang dalam melewati shirath ditentukan oleh keimanan
dan amal perbuatan manusia ketika hidup di dunia. Iman seseorang kadang
bertambah kadang berkurang, kita agar berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan, semoga kelak termasuk
orang yang paling cepat ketika melewati shirath di akhirat.
Wallahu a’lam, Semoga
bermanfaat.
Dikutip dari: Ust.
Dr.Ali Musri Semjan Putra: As Sunnah No.09/Th.XIV, p.39-40