Hukum Tathayyur
Syaikh
Muhammad bin Abdul Wahhab
Firman Allah Ta'ala
(artinya):
"Ketahuilah
sesungguhnya kesialan mereka itu adalah ketetapan dari Allah, akan tetapi
kebanyakan dari mereka tidak mengetahui." (Al-A'raf: 131)
"Mereka
(para rasul) berkata: "Kesialan kamu itu adalah karena kamu sendiri.
Apakah jika kamu diberi peringatan (kamu bernasib sial?). Sebenarnya kamu
adalah kaum yang melampaui batas."." (Yasin: 19)
Abu
Hurairah Radhiyallahu 'anhu menuturkan bahwa Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda:
"Tidak
ada 'adwa, thiyarah, hamah dan shafar." (HR Al-Bukhari dan
Muslim). Dan dalam salah satu riwayat Muslim, disebutkan tambahan: "...
dan tidak ada nau' serta ghul."
'Adwa: penjangkitan atau
penularan penyakit. Maksud sabda Nabi disini ialah untuk menolak anggapan
mereka ketika masih hidup di zaman jahiliyah bahwa penyakit berjangkit atau
menular dengan sendirinya, tanpa kehendak dan takdir Allah Ta'ala.
Anggapan inilah yang ditolak oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam,
bukan keberadaan penjangkitan atau penularannya; sebab, dalam riwayat lain,
setelah hadits ini, disebutkan: "... dan menjauhlah dari orang yang
terkena penyakit kusta (lepra) sebagaimana kamu menjauh dari singa." (HR
Al-Bukhari)
Ini
menunjukkan bahwa, penjangkitan atau penularan penyakit dengan sendirinya tidak
ada, tetapi semuanya atas kehendak dan takdir Ilahi, namun sebagai insan muslim
disamping iman kepada takdir tersebut haruslah berusaha melakukan tindakan
preventif sebelum terjadi penularan sebagaimana usahanya menjauh dari terkaman
singa. Inilah hakekat iman kepada takdir Ilahi.
Thiyarah: merasa bernasib sial
atau meramal nasib buruk karena melihat burung, binatang lainnya, atau apa
saja.
Hamah: burung hantu.
Orang-orang jahiliyah merasa bernasib sial dengan melihatnya; apabila ada
burung hantu hinggap di atas rumah salah seorang di antara mereka, dia merasa
bahwa burung ini membawa berita kematian tentang dirinya sendiri atau salah
satu anggota keluarganya. Dan maksud sabda beliau adalah untuk menolak anggapan
yang tidak benar ini. Bagi seorang muslim, anggapan seperti ini harus tidak
ada, semua adalah dari Allah dan sudah ditentukan oleh-Nya.
Shafar: bulan kedua dalam tahun
Hijriyah, yaitu bulan sesudah Muharram. Orang-orang jahiliyah beranggapan bahwa
bulan ini membawa nasib sial atau tidak menguntungkan. Yang demikian dinyatakan
tidak ada oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Dan termasuk
dalam anggapan seperti ini: merasa bahwa hari Rabu mendatangkan sial, dll. Hal
ini termasuk jenis thiyarah, dilarang dalam Islam.
Nau': bintang; arti asalnya
adalah: tenggelam atau terbitnya suatu bintang. Orang-orang jahiliyah
menisbatkan hujan turun kepada bintang ini, atau bintang itu. Maka Islam datang
mengikis anggapan seperti ini, bahwa tidak ada hujan turun karena suatu bintang
tertentu, tetapi semua itu adalah ketentuan dari Allah 'Azza wa Jalla.
Ghul: hantu (genderuwo),
salah satu makhluk jenis jin. Mereka beranggapan bahwa hantu ini dengan
perubahan bentuk maupun warnanya dapat menyesatkan seseorang dan
mencelakakannya. Sedang maksud sabda Nabi disini bukanlah tidak mengakui
keberadaan makhluk seperti ini, tetapi menolak anggapan mereka yang tidak baik
tersebut yang akibatnya takut kepada selain Allah serta tidak bertawakkal
kepada-Nya. Inilah yang ditolak oleh beliau; untuk itu dalam hadits lain beliau
bersabda: "Apabila hantu beraksi menakut-nakuti kamu, maka serukanlah
adzan", artinya: tolaklah kejahatannya itu dengan berdzikir dan menyebut
Allah. Hadits ini diriwayatkan Imam Ahmad dalam Al-Musnad.
Al-Bukhari
dan Muslim meriwayatkan pula dari Anas Radhiyallahu 'anhu, ia berkata:
"Telah bersabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam:
"Tidak
ada 'adwa dan thiyarah, tetapi fa'l menyenangkan
diriku." Para sahabat bertanya: "Apakah fa'l itu?" Beliau
menjawab: "Yaitu kalimah thayyibah (kata-kata yang
baik)."."
Abu
Dawud meriwayatkan dengan sanad shahih dari 'Uqbah bin 'Amir, ia
berkata: "Thiyarah disebut-sebut di hadapan Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam, maka beliau pun bersabda: "Yang paling baik adalah fa'l,
dan thiyarah tersebut tidak boleh menggagalkan seorang muslim dari
niatnya. Apabila salah seorang diantara kamu melihat sesuatu yang tidak
diinginkannya maka supaya berdoa: "Ya Allah, tiada yang dapat mendatangkan
kebaikan selain Engkau; tiada yang dapat menolak keburukan selain Engkau; dan
tiada daya serta kekuatan kecuali dengan pertolongan Engkau."."
Abu
Dawud meriwayatkan pula hadits marfu' dari Ibnu Mas'ud Radhiyallahu
'anhu:
"Thiyarah
adalah syirik, thiyarah adalah syirik; dan tiada seorang pun dari antara
kita kecuali (telah terjadi dalam hatinya sesuatu dari hal ini), hanya saja
Allah menghilangkannya dengan tawakkal kepada-Nya."
Hadits
ini diriwayatkan juga oleh At-Tirmidzi dengan dinyatakan shahih dan
kalimat terakhir tersebut dijadikannya sebagai ucapan dari Ibnu Mas'ud.
Imam
Ahmad meriwayatkan hadits dari Ibnu 'Amr, bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda:
"Barangsiapa
yang mengurungkan hajatnya (kepentingannya) karena thiyarah, maka dia
telah berbuat syirik." Para sahabat bertanya: "Lalu apakah sebagai
tebusannya?" Beliau menjawab: "Supaya dia mengucapkan: Ya Allah,
tiada kebaikan kecuali kebaikan dari Engkau; tiada kesialan kecuali kesialan
dari Engkau; dan tiada Sembahan yang hak selain Engkau..."
Imam
Ahmad meriwayatkan pula hadits dari Al-Fadhl ibn Al-'Abbas Radhiyallahu
'anhu:
"Sesungguhnya
thiyarah itu ialah yang menjadikan kamu terus melangkah atau
mengurungkan niat (dari keperluanmu)."
Kandungan
tulisan ini:
- Tafsiran kedua ayat tersebut di atas. Kedua ayat ini menunjukkan bahwa tathayyur termasuk perbuatan jahiliyah dan syirik, karena segala sesuatu termasuk nasib sial merupakan takdir dari Allah; dan menunjukkan bahwa kesialan terjadi karena perbuatan maksiat kepada Allah.
- Dinyatakan bahwa tidak ada 'adwa.
- Dinyatakan bahwa tidak ada thiyarah.
- Dan dinyatakan bahwa tidak ada hamah.
- Serta dinyatakan bahwa tidak ada shafar.
- Fa'l tidak termasuk yang ditolak dan dilarang oleh Rasulullah bahkan dianjurkan.
- Pengertian fa'l.
- Apabila terjadi thiyarah (tathayyur) dalam hati seseorang, tetapi dia tidak menginginkannya, maka hal itu tidak apa-apa hukumnya, bahkan Allah menghapuskannya dengan tawakkal.
- Doa yang harus dibaca oleh orang yang menjumpai hal tersebut.
- Ditegaskan bahwa thiyarah adalah syirik.
- Pengertian thiyarah yang tercela dan terlarang.
Artikel As-Sunnah Online: Tauhid, 16 Jan 2002
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar