Rabu, 11 Januari 2012

MENCARI ILMU ITU WAJIB .... !!! #2

3. FUNGSI ILMU.

1 Sarana paling utama menuju taqwa

Urgensi ilmu dalam kehidupan seorang mukmin yang bertaqwa adalah hal yang tidak dapat disangkal. karena ketaqwaan itu sendiri identik dengan kemampuan merealisasikan ilmu yang shohih (benar) yang bersumber dari Al Qur’an dan As-Sunnah sesuai dengan pemahaman salaful umah (pendahulu umat ini). Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa berfirman :

ياأيها الناس اعبدوا ربكم الذي خلقكم والذين من قبلكم لعلكم تتقون( البقرة: 21)

2. Amalan yang tidak terputus pahalanya.

Ilmu merupakan sesuatu yang paling berharga bagi setiap muslim , sebab ilmu akan memelihara pemiliknya dan merupakan beban bawaan yang tidak berat, bahkan akan semakin bertambah bila diberikan atau digunakan, serta merupakan amalan yang akan tetap mengalir pahalanya , meskipun pemiliknya telah wafat, sebagaiman sabda Rosulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam :

عن أبي هريرة أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال إذا مات الإنسان انقطع عنه عمله إلا من ثلاثة إلا من صدقة جارية أو علم ينتفع به أو ولد صالح يدعو له (م/ 1631)

3 Pondasi Utama Sebelum Berkata Dan beramal.

Ilmu memiliki kedudukan yang agung dalam din ini, oleh karenanya ahlus sunnah wal jama’ah menjadikan ilmu sebagai pondasi utama sebelum berkata-kata dan beramal sebagaimana disebutkan oleh Imam Bukhory rahimahullaahu ta’ala dalam shohihnya “Bab ilmu sebelum berkata dan beramal“ berdasarkan firman Allah ta’aalaa:

فاعلم أنه لا إله إلا الله واستغفر لذنبك وللمؤمنين والمؤمنات والله يعلم متقلبكم ومثواكم (محمد:19)

Syaikh Sholih Al ‘Utsaimin rahimahullaahu ta’ala mengatakan: “Dengan ayat ini Imam Al Bukhori berdalil bahwa kita harus memulai dengan ilmu sebelum berkata dan beramal. Ini merupakan dalil naqli yang jelas bahwa manusia berilmu terlebih dahulu sebelum beramal dan berkata. Sedangkan secara aqli hal yang membenarkan bahwa ilmu harus dimiliki sebelum beramal dan berkata karena perbuatan dan perkataan tidak akan dinilai disisi Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa sebagai suatu ibadah jika tidak sesuai dengan syari’at. Sedangkan seseorang tidaklah mengetahui apakah amalannya sesuai dengan syari’at atau tidak melainkan dengan ilmu…” (Syarah Tsalatsatul Ushul).

Syaikh Islam Ibnu Taimiyah berkata: “ Barangsiapa meninggalkan petunjuk jalan, ia tersesat dijalan, dan tidak ada petunjuk jalan kecuali apa yang dibawa oleh Rosul.

Al Hasan berkata: ”Orang yang beramal tanpa ilmu adalah seperti orang yang berjalan tidak diatas jalan yang semestinya. orang yang beramal tanpa ilmu lebih banyak merusak dari pada memperbaiki carilah ilmu dengan cara yang tidak merugikan ibadah, dan carilah ibadah dengan cara yang tidak merugikan ilmu. Jika suatu kaum mencari ibadah dan meninggalkan ilmu, maka mereka memerangi umat Muhammad shallallaahu 'alaihi wa sallam. Jika mereka mencari ilmu, maka ilmu tidak akan mengarahkan mereka berbuat kerusakan.”

Perbedaan antara ungkapan ini dengan ungkapan yang sebelumnya bahwa kedudukan ilmu pada ungkapan pertama ialah tingkatan pihak yang ditaati, diikuti, disuritauladani, diikuti hukumnya, sedang kedudukan ilmu pada ungkapan kedua adalah: Tingkatan petunjuk jalan yang mengantarkan kepada tujuan akhir.

4. Ilmu Merupakan Kebutuhan Rohani

Kebutuhan rohani terhadap ilmu melebihi kebutuhan jasmani terhadap makan dan minuman, sebagaimana perkataan imam Ahmad rahimahullaahu: ”Kebutuhan manusia akan ilmu melebihi kebutuhannya akan makanan dan minuman, sebab makanan dan minuman hanya dibutuhkan sekali atau dua kali dalam sehari, namun ilmu dia dibutuhkan sepanjang tarikan nafasnya.” Sebab rohani merupakan pengerak utama bagi jasmani jika rohani telah kering dari ilmu maka pada hakekatnya dia telah mati sebelum mati dan manusia seperti ini ibarat mayat-mayat yang berjalan, atau hidup bagaikan binatang ternak yang tidak dapat mengambil pelajaran dan pengajaran. Allah ta’ala berfirman :

ولقد ذرأنا لجهنم كثيرا من الجن والإنس لهم قلوب لا يفقهون بها ولهم أعين لا يبصرون بها ولهم آذان لا يسمعون بها أولئك كالأنعام بل هم أضل أولئك هم الغافلون(179)

“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk neraka jahanam kebanyakan dari jin dan manusia yang mempunyai hati (tetapi) tidak mahu memahami dengannya (ayat-ayat Allah), dan yang mempunyai mata (tetapi) tidak mahu melihat dengannya (bukti keesaan Allah) dan yang mempunyai telinga (tetapi) tidak mahu mendengar dengannya (ajaran dan nasihat); mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi; mereka itulah orang-orang yang lalai. (Qs. Al ‘Araf:179)

Ulama’ robbani merupakan manusia yang memiliki andil yang paling besar dalam memenuhi kebutuhan rohani mereka, oleh karenanya jika ulama telah meninggal dunia, maka hal itu merupakan musibah besar bagi kaum muslimin sebab akan hilanglah kesempatan bagi umat untuk memenuhi kebutuhan rohani mereka yang akan mengakibatkan umat ini tenggelam dalam lautan syahwat dan syubhat. Hasan al Bashri rahimahullaahu berkata :

“Kalaulah bukan karena Ulama, maka jadilah manusia seperti binatang.”

إن الله لا يقبض العلم انتزاعا ينتزعه من العباد ولكن يقبض العلم بقبض العلماء حتى إذا لم يبق عالما اتخذ الناس رءوسا جهالا فسئلوا فأفتوا بغير علم فضلوا وأضلوا (متفق عليه, عن عبد الله بن عمرو)

Imam Nawawi rahimahullaahu berkata: ”Hadits ini menerangkan bahwa yang dimaksud dengan dihilangkannya illmu itu bukanlah dihilangkannya ilmu itu dari dada para penghafalnya, akan tetapi maknanya adalah wafatnya para ulama, hingga kemudian manusia mengangkat orang-orang bodoh yang menghukumi berdasarkan kejahilan mereka, mereka itu sesat dan menyesatkan (Syarah muslim)

إن من أشراط الساعة أن يرفع العلم ويثبت الجهل ويشرب الخمر ويظهر الزنا (متفق عليه, عن أنس)

5. Salah satu bentuk metode tashfiyah dan tarbiyah bagi umat agar tidak menjadi alat permainan iblis dan bala tentarannya .

Syaikh Salim Al Hilali Hafidzhohullah berkata : “Ketahuilah bahwa tipu daya iblis paling awal adalah memalingkan manusia dari illmu, sebab ilmu adalah cahaya, dan jika telah padam cahaya lentera mereka, dengan mudah iblis akan membenamkan mereka dalam kedzoliman (kegelapan) sekehendaknya [2]

4. METODE MENCARI ILMU

6.1. Membaca kitab dan talaqi.

Dengan jalan membaca kitab-kitab terpercaya yang dikarang oleh para ulama yang terkenal keilmuannya, amanah mereka dan aqidah mereka selamat dari bid’ah-bid’ah dan khurafat. Mempelajari ilmu dari kitab secara langsung menjadikan seseorang mendapatkan apa yang ia tuju, akan tetapi belajar dari kitab secara langsung memilki dua kelemahan, yaitu :

Pertama ; Membutuhkan waktu yang sangat lama, usaha yang keras, bersungguh-sungguh sehingga akan mendapatkan ilmu yang ia inginkan dalam hal ini kebanyakan manusia tidak kuat untuk melaksanakannya terutama ketika ia melihat lingkungan sekitarnya dimana banyak orang yang membuang waktu mereka dengan sia-sia. Sehingga mempengaruhinya menjadi malas, meremehkan dan condong. Sehingga dia tidak memperoleh apa yang ia harapkan.

Kedua ; Bahwasanya orang yang belajar dari kitab secara langsung ilmunya lemah, tidak terbangun diatas kaidah dan ushul, kita mendapati kesalahan yang banyak dari orang yang belajar dari kitab secara langsung. Karena ilmu itu tidak tegak diatas kaidah dan ushul.

6.2. Belajar kepada guru yang terpercaya akan keilmuan dan agamanya, cara ini lebih cepat dan menyakinkan terhadap ilmu tersebut. Karena cara yang pertama kadang-kadang menyesatkan bagi orang yang belajar disebabkan ia tidak tahu terhadap jeleknya pemahaman, kedangkalan ilmunya ataupun sebab-sebab yang lain, sedangkan cara yang kedua, akan memungkinkannya diskusi, timbal-balik antara murid dan guru. Sehingga akan terbuka bagi murid pintu-pintu didalam memahami (ilmu), meneliti suatu hal dan bagaimana membela pendapat-pendapat yang shahih serta bagaimana caranya menolak pendapat yang dhoif .[3]

Beberapa hal yang dapat membantu mendapatkan ilmu

1.Taqwa

2.Tekun dan kontinyu

3.Menghafal dan menjaga hafalan

“Dari Abu hurairah -semoga Allah meridloinya- berkata : orang-orang mengatakan: Abu Hurairah (mengumpulkan dan meriwayatkan) seandainya bukan karena dua ayat dalam al Qur’an saya tidak akan berbicara dengan sebuah hadits, kemudian beliau membaca firman Allah ta’ala :

إن الذين يكتمون ما أنزلنا من البينات والهدى من بعد ما بيناه للناس في الكتاب أولئك يلعنهم الله ويلعنهم اللاعنون (159)إلا الذين تابوا وأصلحوا وبينوا فأولئك أتوب عليهم وأنا التواب الرحيم(160)إن الذين كفروا وماتوا وهم كفار أولئك عليهم لعنة الله والملائكة والناس أجمعين(161)خالدين فيها لا يخفف عنهم العذاب ولا هم ينظرون (162) خالدين فيها لا يخفف عنهم العذاب ولا هم ينظرون(162)وإلهكم إله واحد لا إله إلا هو الرحمن الرحيم(163)

Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan dari keterangan-keterangan dan petunjuk hidayah, sesudah Kami menerangkannya kepada manusia di dalam Kitab Suci, mereka itu dilaknat oleh Allah dan dilaknat oleh sekalian makhluk. Kecuali orang-orang yang bertaubat, dan memperbaiki (amal buruk mereka) serta menerangkan (apa yang mereka sembunyikan); maka orang-orang itu, Aku terima taubat mereka, dan Akulah Yang Maha Penerima taubat, lagi Maha Mengasihani. Sesungguhnya orang-orang yang kafir, dan mereka mati sedang mereka tetap dalam keadaan kafir, mereka itulah orang-orang yang ditimpa laknat Allah dan malaikat serta manusia sekaliannya. Mereka kekal di dalam laknat itu, tidak diringankan azab sengsara dari mereka dan mereka pula tidak diberikan tempoh atau perhatian. Dan Tuhan kamu ialah Tuhan yang Maha Esa; tiada Tuhan (Yang berhak disembah) selain dari Allah, yang Maha Pemurah, lagi Maha Mengasihani. (QS: Al Baqarah 159-169)

sesungguhnya saudara-saudara kami dari kalangan dari kalangan muhajirin sibuk dengan berdagang dipasar, sudara-saudara kita dari kalangan anshor sibuk dengan pekerjaan mereka. Sedang abu hurairah senantiasa mulazamah (rutin menghadiri mejelis) Rosulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam, beliau hadir ketika mereka tidak hadir dan beliau menghafal ketika mereka tidak menghafal. (HR Bukhary no.115)

4. Sering bergaul dengan ulama.

5. Bersungguh-sungguh (Mujahadah)

Berkata Imam Syafi’i Rahimahullah: “Wahai saudarakku engkau tidak akan mendapatkan ilmu, kecuali dengan enam syarat : kecerdasan, kerakusan (akan ilmu), bersungguh-sungguh, memiliki biaya, bershahabat (berguru dengan ustadz) dan menempuh waktu yang lama.”

العلم إن أعطيت كلك أعطاك بعضه

6. Menjauhi Sifat Sombong dan Pemalu (yang berlebihan).

Kedua sifat ini akan menghalangi seseorang untuk bertanya terhadap suatu masalah yang tidak di ketahuinya , padahal kunci atau obat suatu kebodohan adalah bertanya. Sebagaiamana sabda Rosulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam

“Tidaklah mereka bertanya ketika mereka tidak mengetahui? Karena sesunguhnya obat kebodohan adalah bertanya: (hadits shohih, riwayat Abu Dawud dan Ibnu Majah)

باب الحياء في العلم وقال مجاهد لا يتعلم العلم مستحي ولا مستكبر. وقالت عائشة نعم النساء نساء الأنصار لم يمنعهن الحياء أن يتفقهن في الدين (خ)

  1. Menjauhi kemaksiatan.

Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa berfirman :

واتقوا الله ويعلمكم الله والله بكل شيء عليم(البقرة: 282)

ياأيها الذين آمنوا إن تتقوا الله يجعل لكم فرقانا ويكفر عنكم سيئاتكم ويغفر لكم والله ذو الفضل العظيم(الأنفال: 29)

Furqon yaitu seseorang dapat membedakan antara yang haq dan yang bathil.

Ibnu Mas’ud: “Sesungguhnya saya benar-benar menyangka bahwa seseorang lupa terhadap ilmu yang pernah di pelajarinya adalah akibat dari suatu dosa atau kemaksiatan yang telah dikerjakannya .

Berkata Iman Syafi’i rahimahullaahu: Saya mengadu kepada Waqi’ (gurunya) tentang buruknya hafalanku, lalu dia memberiku petunjuk untuk meninggalkan kemaksiaatan danmemberitahukan kepadaku bahwasanya ilmu Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa adalah cahaya dan cahaya Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa tidak diberikan kepada pelaku kemaksiatan.”


Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar