Sabtu, 13 April 2013

Jujur, Jangan Bohong !



HADITS
JUJUR, JANGAN DUSTA !

Dari Abdullah bin Mas’ud ra, ia berkata:
“Rasulullah saw. bersabda, Hendaklah kalian selalu berkata jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan mengantarkan seseorang ke Surga. Dan seorang selalu berkata jujur dan tetap memilih jujur, maka akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Dan jauhilah oleh kalian berbuat dusta, karena dusta membawa seseorang kepada kejahatan, dan kejahatan mengantarkan seseorang ke Neraka. Dan jika seseorang senantiasa berdusta dan memilih kedustaan maka akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta (pembohong).”
Hadits hasan shahih ini diriwayatkan oleh Ahmad, al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, dll.

Penjelasan hadits:

“Hendaklah kalian selalu berkata jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan mengantarkan seseorang ke Surga. Dan seorang selalu berkata jujur dan tetap memilih jujur, maka akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur.”

Dalam hadits ini Nabi saw. memerintahkan umatnya untuk berlaku jujur dalam perkataan, perbuatan, ibadah dan dalam semua perkara.
Jujur itu berarti selaras antara lahir dan batin, antara ucapan dan perbuatan, serta antara berita dan fakta.
Berlaku jujur akan membawa kepada al-birr (melakukan segala kebaikan), dan kebaikan itu akan membawamu menuju Surga.
Allah swt. meminta para hamba-Nya yang beriman agar jujur dan berpegang teguh pada kebenaran. Tujuannya agar mereka istiqamah di jalan kebenaran (orang-orang yang jujur).

Jujur merupakan sifat terpuji yang dituntut keberadaannya bagi kaum Mukmin baik laki-laki dan perempuan.
Dalam QS. Al Ahzab (33):35 disebutkan “...Laki-laki dan perempuan yang benar (jujur)...”
Allah swt. menjelaskan bahwa kejujuran itu merupakan kebaikan sekaligus penyelamat. Sifat itulah yang merupakan nilai amal perbuatan, karena kejujuran merupakan ruhnya.
QS. Muhammad: 21 yang artinya “...Tetapi jikalau mereka benar (imannya) terhadap Allah, niscaya yang demikian itu lebih baik bagi mereka.”
Seandainya orang-orang itu benar-benar ikhlas dalam beriman dan berbuat taat, niscaya kejujuran adalah yang terbaik bagi mereka.

Imam Ibnul Qayyim al-Jauziyyah rahimahullah menerangkan bahwa sifat as-shidq  (kejujuran), dengan perkataannya, “Yaitu maqam (kedudukan) kaum yang paling agung, kedudukan para salihin”.

Mengapa kita harus mengutamakan KEJUJURAN?

  • ·         Kejujuran sebagai jalan terlurus, barang siapa tidak berjalan di atasnya, maka itulah orang-orang yang binasa.
  • ·         Dengan kejujuran itu pula dibedakan antara orang-orang yang munafik dan orang-orang yang beriman, dibedakan antara para penghuni surga dan penghuni neraka.
  • ·         Kejujuaran ibarat pedang Allah di muka bumi, tidak ada sesuatupun yang diletakkan diatasnya melainkan akan terpotong olehnya.
  • ·         Dan tidaklah kejujuran menghadapi kebatilan melainkan ia akan melawan dan mengalahkannya, dan kejujuran pasti akan menang.
  • ·         Barangsiapa menyeru tentang kejujuran, niscaya kalimatnya akan terdengar keras mengalahkan suara musuh-musuhnya.
  • ·         Kejujuran merupakan ruh amal, penjernih keadaan, penghilang rasa takut, dan pintu bagi orang-orang yang akan menghadap Rabb Yang Mahamulia.
  • ·         Kejujuran merupakan pondasi bangunan agama (Islam) dan tiang penyangga keyakinan.
  • ·         Iman merupakan pondasi kejujuran, dan kemunafikan merupakan pondasi kedustaan.
  • ·         Jujur dan dusta tidak akan berkumpul, karena salah satu dari keduanya pasti memerangi yang lainnya.
  • ·         Diantara tanda kejujuran adalah tenangnya hati, sebaliknya diantara tanda kedustaan adalah hati yang resah, gelisah, bimbang, khawatir, takut, perasaan yang akan menyiksa hati. Nabi saw. bersabda: “ ...Kejujuran itu ketentraman, dan dusta itu keragu-raguan...” (HR. At-Tirmidzi)


Penjelasan hadits:
Dan jauhilah oleh kalian berbuat dusta, karena dusta membawa seseorang kepada kejahatan, dan kejahatan mengantarkan seseorang ke Neraka. Dan jika seseorang senantiasa berdusta dan memilih kedustaan maka akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta (pembohong)

Nabi saw. melarang perbuatan dusta, dusta dalam segala sesuatu. Tidak benar orang yang mengatakan, “Berdusta itu jika tidak menimbulkan bahaya untuk orang lain maka tidak mengapa.” Ini adalah perkataan bathil, karena tidak ada nash yang menunjukkan perkataan tersebut. Sedang yang ada adalah nash tentang larangan perbuatan dusta.
 Bahaya DUSTA!
  • ·         Berdusta akan merusak pengetahuan dan dapat menyesatkan orang lain yang mengikutinya. Para pendusta akan mengatakan yang ada jadi tidak ada, yang benar dikatakan bathil, yang bathil dikatakan benar, baik jadi jahat, jahat jadi baik. Sehingga rusaklah dirinya dan orang lain di sekitarnya.
  • ·         Orang yang mengajarkan dusta kepada orang lain, akan berakibat lebih buruk lagi. Dirinya yang sudah salah, sesat dan menyesatkan pula orang lain. Dia menanggung dosa pada dirinya dan dosa orang lain yang mengikutinya.
  • ·         Seorang pendusta telah berpaling dari kebenaran yang ada, menjadikan condong kepada kebatilan. Jika perbuatan-pebuatan itu telah merusaknya dan kebohongan telah mempengaruhinya, maka hatinya menjadi hati yang dusta dari lisannya. Dia tidak bisa mengambil manfaat dengan lisannya dan juga amal-amalnya.
  • ·         Dusta adalah pokok (biangnya) kejahatan, sebagaimana sabda Nabi saw.: “Sesungguhnya dusta membawa seseorang kepada kejahatan, dan kejahatan mengantarkan seseorang ke Neraka.”
  • ·         Yang pertama kali terpengaruh oleh perbuatan dusta adalah lisan, kemudian akan merusak amal-amal perbuatannya.

Kita harus berlindung kepada Allah swt dari golongan orang-orang yang suka berdusta. Karena seseorang jika sudah terbiasa berdusta, maka ia akan melakukannya dalam berbagai hal, dan celakanya Allah akan mencatanya sebagai golongan kadzdzab (orang yang banyak berdusta).

Amal shalih yang tampak maupun yang tersembunyi asalnya dari kejujuran. Dan semua amal jelek yang tampak maupun tersembunyi asalnya dari perbuatan dusta.

Sumber : As-Sunnah No. 9 Th.XVI p.14-19.
Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar